Mukena Murah dan Bagus

Hari ini saya iseng buka internet, rencananya mau membeli BUSANA MUSLIM untuk seluruh keluarga di rumah. Karena saya tidak begitu punya banyak waktu untuk jalan-jalan dan memilih secara real BAJU MUSLIM yang hendak saya beli, makanya saya menggunakan media internet untuk mencari dan memesan baju yang saya inginkan untuk seluruh keluarga di rumah.

Saya berusaha mencari toko online yang pusatnya atau gudangnya masih berada di daerah saya, atau minimal masih se kabupaten, sehingga pengiriman barang bisa lebih singkat lagi, satu hari sudah sampai barang pesanan saya. Memang berbelanja online ada kelemahan, namun saya rasa hal itu tidak menjadi masalah besar, selama toko yang menjual menerima return jika barang yang sampai ke rumah tidak cocok dengan yang di website.

Berani Berbisnis di Bidang Pendidikan

Kebutuhan belajar memang tidak hanya cukup di sekolah saja. Banyak orangtua zaman sekarang yang ingin anak mereka lebih pintar sehingga mengirim anak-anak itu belajar lagi di luar jam sekolah dengan mengikuti les. Mulai dari les pelajaran, bahasa asing, hingga kursus musik.

Nah, Anda bisa memanfaatkan peluang ini untuk mendapatkan keuntungan. Untuk itu, Anda perlu menyediakan tempat, tenaga pengajar, dan fasilitas layaknya sebuah sekolah kecil. Cukup banyak, ya? Namun perlu diingat, selain menguntungkan, bisnis kursus ini selalu dibutuhkan sampai kapan pun alias bisnis yang selalu ada sepanjang zaman.

Tentukan Konsumen
Sebelum memulai usaha, ada baiknya tentukan dulu jenis kursus yang ingin dijalankan dan siapa target utama konsumennya. Pilih yang sesuai dengan kesenangan Anda. Dengan begitu, Anda akan bersemangat menjalankan usaha ini.

Jika menyukai dan memiliki hobi musik, Anda bisa membuka kursus musik yang konsumennya mulai dari murid prasekolah hingga sekolah menengah atas. Namun, jika kursus bahasa asing atau pelajaran sekolah yang Anda pilih, targetkan untuk usianya mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pasalnya, pelajaran yang diajarkan di tempat kursus bisa disesuaikan dengan pelajaran di sekolah.

Lalu, bagaimana jika Anda lebih tertarik membuka kursus untuk anak-anak usia prasekolah? Tak masalah. Saat ini kursus membaca dan berhitung untuk anak-anak usia prasekolah juga sedang marak. Jika berminat, Anda bisa mencoba bisnis ini.

Bagaimana Memulai
Ada dua pilihan. Jika dana yang dimiliki besar, Anda bisa membeli bisnis kursus franchise alias waralaba yang sekarang banyak ditawarkan. Nama besar tempat kursus franchise akan membuat orang melirik tempat Anda. Namun, biaya franchise-nya pun cukup besar, mulai Rp35-500 juta (belum termasuk sewa tempat).

Namun, jika dana yang Anda miliki terbatas, membuka kursus sendiri saja. Setelah menentukan siapa target utama konsumen, selanjutnya pilih lokasi dan cari tempat yang cukup luas. Untuk lokasi, akan lebih baik jika berada di daerah perumahan atau dekat sekolah. Kedua lokasi ini memungkinkan dilirik para orangtua karena tidak membutuhkan waktu lama dan biaya lebih untuk sampai ke tempat.

Sementara luas minimal tempat yang bisa dijadikan tempat kursus adalah sekitar 120 meter persegi. Sebagai sarana pendukung, Anda bisa menyediakan kursi yang memiliki meja kecil untuk menulis. Kursi semacam ini tidak memakan tempat sehingga ruangan bisa lebih maksimal.

Untuk pegawai yang meruapakan para pengajar, Anda bisa merekrut dari kalangan mahasiswa yang masih aktif atau pun mahasiswa tingkat akhir. Biasanya para pengajar yang sudah memiliki gelar sarjana akan lebih memilih melamar pekerjaan lain. Kalaupun bersedia, mereka akan meminta honor lebih tinggi dibandingkan honor untuk para pengajar dari kalangan mahasiswa.

Kunci Sukses
Menghadapi dan mengajar anak-anak, apalagi usia prasekolah dan remaja, bukanlah hal yang mudah. Mereka cenderung suka bermain daripada belajar. Butuh kesabaran dan kharisma tersendiri. Itu sebabnya, Anda perlu menyeleksi para pengajar dengan cukup ketat.

Umumnya, anak-anak lebih suka pengajar yang bisa berkomunikasi dengan baik, bersikap lembut dan bisa mengajar dengan cara menyenangkan. Nah, pilihlah pengajar yang tak hanya suka bergaul dengan anak-anak, tapi juga memiliki ketiga kriteria tadi. Dengan demikian, anak-anak yang belajar di tempat kursus Anda akan merasa senang dan betah.

Mencari pelanggan alias siswa-siswa yang akan belajar di tempat kursus, juga bukan perkara mudah. Apalagi jika tempat kursus Anda belum punya nama besar. Selain itu, Anda juga perlu memperhitungkan bahwa beberapa orangtua akan memilih guru privat dibandingkan membawa anak mereka ke tempat kursus.

Untuk menarik pelanggan, Anda bisa memberikan bonus kepada para siswa yang sudah memilih tempat kursus Anda. Bonus itu bisa bermacam-macam, mulai dari pulpen, topi, kaus, tas, hingga diskon pembayaran. Selain itu, saat belajar, sisipkan permainan-permainan yang sesuai dengan karakteristik umur siswa agar mereka tidak lekas bosan dan selalu ingin datang ke tempat kursus.

Mengolah Pecel Lele dengan Cita Rasa Baru

Bagi penikmat pecel lele, tak sulit menemukan warung tenda terdekat dari rumah. Sepiring lele goreng dengan sambal terasi, lalapan, dan nasi hangat pun siap disantap.

Nah, bagaimana jika Anda diberi sederet menu ikan lele, namun dengan variasi rasa yang memancing lidah? Sebut saja Lele Saos Padang yang pedas segar, Lele Filet Aneka Bumbu yang praktis dinikmati untuk si kecil, atau Lele Bakar Afrika. Tergodakah untuk mencoba?

Menu semacam ini hanya bisa ditemukan di rumah makan Pecel Lele Lela, hasil racikan pengusaha muda Rangga Umara (30). Bapak dua anak penggemar pecel lele ini mengklaim bisnis pecel lele miliknya berkonsep modern. "Seluruh Indonesia pasti punya bentuk sama, pecel lele konvensional dengan warung tendanya," ujar Rangga, yang pernah mendapat kesempatan berkeliling 20 kota untuk mengamati dimana saja pecel lele gaya konvensional tersebar.

Desember 2006, hanya bermodalkan Rp 3 juta, pria yang sering diminta menjadi mentor di komunitas wirausaha, Entrepreneur University ini, membuka usaha warung lele dengan sistem setoran ke pemilik tempat. Namun usahanya tak bertahan lama, karena pengelolaan uang yang keliru, dan sistem yang dirasanya tak bisa membuat usahanya berkembang.

Kawasan Kalimalang, Jakarta Timur, lantas dipilihnya untuk membuka rumah makan dengan lele sebagai menu utamanya, yang diolah dengan ragam pilihan rasa. Warna hijau dan logo yang memancing mata pengguna jalan kemudian mulai mendatangkan pengunjung. Karena baginya, dengan menu sederhana, disukai siapa saja, mudah didapat, dimodifikasi dengan varian rasa dan tampilan yang lebih modern, Rangga yakin warung lelenya akan laku.

Buka cabang hitungan bulan
Hingga 2009, Rangga mampu mengelola 14 cabang Pecel Lele Lela di kawasan Jabodetabek, dengan sistem kemitraan dan total 160 karyawan. Tahun ini ia berencana membuka sistem franchise dan ekspansi ke kota besar seperti Semarang, Bali, dan Yogyakarta.

Melalui sistem Tracking Sales harian yang dibangunnya, Rangga, dibantu General Manager Operational di semua outlet, mampu membukukan pendapatan senilai Rp 750 juta per bulan dengan menarik 40.000 pelanggan dalam sebulan, dengan rata-rata belanja Rp15.000 per konsumen. Keuntungan yang dinikmatinya, 30% dari total omzet.

Jumlah lele yang dibeli juga tak tanggung-tanggung, sebanyak 100 kg lele per hari per outlet (rata-rata warung lele konvensional bermodal 5-10 kg ikan lele per hari). Setengah dari lele segar ini didapatnya dari peternakan lele hasil kerjasama dengan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.

"Awalnya coba-coba, sekarang menjadi terkaget-kaget dengan perkembangannya," tukas Rangga merendah.

Pecel lele dari restorannya cukup diminati orang segala kalangan, lantaran menu dan kemasan yang diberikan restorannya berbeda dari warung tenda biasa. Namun dengan menu yang cukup "mengundang" tersebut, harga yang ditawarkan tak terlalu mahal. Contohnya Lele Saos Padang, yang menjadi menu favorit pengunjung, harganya hanya Rp 12.000. Dengan model bisnis kuliner ini, pria yang lebih senang berkantor dengan berkeliling outlet-nya ini berhasil memancing penggemar baru.

"Orang yang tadinya tidak suka makan lele, jadi tertarik datang, mencicipi dan menikmati, karena menunya lebih beragam. Anak yang tak suka makan ikan bisa mencoba bentuk masakan baru lele dengan dibuatkan Lele Fillet," jelasnya.

Ekspansi melalui franchise
Seperti makna merek yang dipilihnya, "Lela", alias "Lebih Laku", Rangga membuktikan keyakinan kuat, didukung sikap pantang kalah serta semangat untuk terus belajar, membuat Pecel Lele Lela beraset ratusan juta rupiah.

Untuk perluasan bisnis, Rangga menawarkan sistem franchise dengan nilai investasi mulai dari Rp 150 juta hingga Rp 250 juta, termasuk training karyawan. Sistem ini terbagi menjadi dua tipe investasi dengan franchise fee dibandrol Rp 40 juta.

Pria yang menggaet sejumlah penghargaan atas ide kreatif bisnis lele konsep modern ini mengaku semua ide usahanya lahir dari "kecelakaan". Dari bercita-cita membangun usaha kuliner, hobi makan pecel lele, mengamati pasar dan segmen lele, baik melalui media cetak maupun datang langsung ke lapangan, belajar dan diskusi dalam komunitas penguasaha, riset sederhana, berakhir dengan nekad buka usaha.

"Terlalu banyak riset dan perhitungan, tetapi tak pernah berani memulai dan belajar dari kesalahan, tak bisa membuat bisnis berkembang," tegas Rangga.

Kebanggaannya tentu makin bertambah ketika ia diminta menjadi pembicara dalam Program Indonesia Sehat. Bisnisnya dianggap ikut mendukung kampanye makan ikan bentukan pemerintah. Sukses, dan bikin orang sehat, adakah yang lebih membahagiakan?

Powered by Blogger