Tidak Ada Bisnis yang Instan!

Apa modal awal yang Anda siapkan ketika memilih untuk berbisnis? Dana yang cukup, jaringan luas yang mendukung, referensi dan ilmu lengkap, atau manajemen yang siap dan tertata apik? Apakah sudah merasa yakin untuk bergerak?

Saat bisnis berjalan sesuai rencana tentu tak jadi soal, tetapi bagaimana jika kemudian Anda mendapati penjualan tak sesuai target atau pelanggan tak setia? Lantas, manajemen dan tim kah yang bisa dipersalahkan?

Memiliki nyali besar untuk segera memulai bisnis memang penting. Sudhamek AWS, Group CEO Todung Group (Holding Company GarudaFood) mengatakan, akar dalam dunia bisnis adalah kemampuan dan kesadaran untuk mengaudit diri sendiri. Manajemen pikiran (mind management) harus dimiliki para pebisnis, apalagi bisnis pemula, katanya dalam presentasi di depan 5.000 mahasiswa saat workshop Wirausaha Mandiri di Jakarta Convention Center, Jumat (22/1/2010) lalu.

"Persoalan mindset masih menjadi kendala wirausaha muda, seperti mudah menyerah dan ingin instan. Kita harus observe diri sendiri, atau audit diri sendiri untuk mencetak wirausahawan yang kuat," papar Sudhamek kepada Kompas Female.

Lanjutnya lagi, dengan mind management yang baik, bisnis menjadi tak hanya langgeng dan kuat, namun berkarakter dan bermanfaat bagi diri sendiri juga lingkungannya.

Sederhananya, mind management adalah dengan menguatkan pikiran untuk tidak mudah menyerah, memiliki keinginan kuat, menyadari bahwa menjadi sukses tidaklah mudah dan instan. Lebih penting lagi, menyadari kesalahan sekecil apa pun yang diperbuat setiap harinya, dan kemudian memperbaikinya.

"Pilihan membuka usaha tidaklah mudah. Perlu will power yang kuat dan mengerti betul bahwa tidak ada yang instan," tegas Sudhamek, menambahkan spiritualisme menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah bisnis.

Ingin Usaha Besar? Waralaba Saja!

Pilihannya ada dua. Pertama, membuka cabang dengan konsekuensi membutuhkan dana besar, SDM yang tak sedikit dan manajemen yang dikelola sendiri. Atau mem-franchise-kan usaha.

Nah, cara kedua ini tidak membutuhkan dana sebesar membuka cabang. Saat ini pun sudah banyak yang sukses mengembangkan usaha lewat franchise atau waralaba. Sebut saja Kebab Turki Baba Rafi, Mister Baso, Es Krim Campina, Klenger Burger, Indomaret, dan masih banyak lagi.

Banyak Keuntungan
Memang tidak seperti membuka cabang sendiri yang seluruh profit akan masuk ke kantong Anda. Keuntungan dalam sistem franchise akan dibagi dengan para investor alias franchisee (dalam persentase yang disepakati).

Namun, bagi Anda yang memiliki dana terbatas, waralaba bisa menjadi cara yang tepat. Pasalnya, modal yang dikeluarkan untuk membuka outlet baru, modal kerja, dan biaya perizinan ditanggung franchisee. Bahkan franchisee akan menjadi sumber pendapatan bagi franchisor (yang mewaralabakan usaha). Pendapatan itu didapat dari franchise fee dan royalty fee yang dibayarkan franchisee.

Dengan franchise, SDM yang terbatas juga bisa diatasi. Anda pun tidak akan dipusingkan dengan pengelolaan karyawan. Franchisee sendiri yang akan mencari karyawan untuk outlet-nya. Anda hanya bantu melatih karyawan tersebut. Outlet franchisee pun akan dijalankan secara mandiri. Sebagai franchisor, Anda hanya mengawasi saja.

Syarat dan Ketentuan
Memang setiap usaha, baik yang menawarkan produk maupun jasa, memiliki peluang untuk diwaralabakan. Lalu, apa saja yang harus dipersiapkan? Ini langkah-langkahnya.

1. Sukses Dulu
Sudah berapa lama usaha Anda berjalan? Apakah sejauh ini sudah sukses? Semua ini perlu Anda perhitungkan. Franchise sendiri bukanlah usaha instan yang bisa dijual kapan saja Anda mau. Salah satu syarat bisnis Anda dilirik sebagai usaha franchise adalah usaha yang Anda bangun ini sudah sukses dan memiliki konsep bisnis yang bagus. Setidaknya, dalam tiga tahun terakhir. Kurang dari itu, para calon investor biasanya tidak akan tertarik untuk membeli.

2. Franchisee Berhasil
Mengapa para investor tertarik membeli sebuah usaha franchise? Sudah pasti karena mereka ingin menikmati keuntungan dari usaha tersebut. Itu sebabnya, usaha Anda harus memiliki potensi pasar yang dan memberi prospek menguntungkan.

Ini bisa dibuktikan dengan tren penjualan yang terus meningkat. Dengan begitu, Anda tak hanya mementingkan keuntungan pribadi dari franchise fee. Namun, Anda juga mengutamakan keberhasilan si franchisee dalam meraih laba yang wajar setelah menyetorkan modal pertamanya untuk pendirian usaha.

3. Bisa Dijalankan Investor
Sebuah usaha franchise bisa dikatakan berhasil jika investornya bisa menjalankan usaha tersebut secara mandiri dalam waktu yang tidak terlalu lama. Artinya, sebagai franchisor, Anda bisa melatih si calon investor menjalankan usaha itu sendiri.

Untuk itu, Anda memang perlu menyediakan petunjuk manual mengoperasikan usaha, baik harian, mingguan, ataupun bulanan. Dengan demikian, franchisee bisa menjalankan usahanya seperti yang Anda lakukan.

Akan makin menarik lagi jika bisa dijalankan di berbagai tempat. Artinya, usaha ini bisa dioperasikan di mana saja (sesuai dengan persyaratan usaha) dan bisa dipindahkan lokasinya ke tempat lain, termasuk ke luar negeri.

4. Punya Daya Tarik
Bagaimana sebuah usaha bisa dilirik investor? Salah satunya karena produk yang dijual memiliki daya tarik pasar dan bisa bertahan dalam jangka waktu panjang. Sejumlah produk, terutama produk fashion, memiliki masa jual yang pendek.

Jadi, sebaiknya Anda memikirkan konsep produk yang bisa bertahan lama di pasaran, memiliki keunikan tersendiri, dan tidak mudah ditiru. Tanpa keunikan, sebuah produk tidak akan dilirik konsumen. Keunikan ini pula yang akan menjadi pembeda dari pesaing sekaligus memudahkan produk menyebar di pasaran.

5. Terdaftar
Setiap investor akan merasa aman jika usaha yang dijalankan telah mengantongi izin resmi. Hal ini tidak hanya untuk melindungi usaha Anda, tetapi juga membantu para franchisee mempromosikan usahanya.

Manajemen yang kuat pun diperlukan untuk mendukung usaha Anda ke depan. Jadi, mulailah melatih karyawan untuk memahami sistem dan etika franchise serta masalah hukumnya. Anda bisa berkonsultasi pada jasa konsultan franchise untuk memastikan berbagai persiapan, termasuk paket franchise yang ingin Anda tawarkan.

Siap mencoba?

Berapa Lama Harus Membuka Cabang?

Kesuksesan bisnis mengandalkan strategi jitu. Dibutuhkan kreativitas
dan keberanian untuk merealisasikan ide mengembangkan usaha. Satu di antaranya adalah membuka cabang.

Tak perlu waktu lama untuk membuka cabang. Kisaran waktu enam hingga delapan bulan sudah cukup. Tentu saja lama waktu ini bergantung dari jenis bisnis Anda. Namun yang menarik, seperti dikatakan oleh penemu konsep Pecel Lele Lela, Rangga Umara, soal waktu sangat relatif tergantung keberanian si pengusaha.

Menurut Rangga, dalam kurun waktu delapan bulan, bisnis harus sudah berkembang. Inilah yang terjadi pada Pecel Lele Lela. Dalam tiga tahun perjalanan bisnisnya, rumah makan ini sudah berkembang menjadi 14 cabang di kawasan Jabodetabek.

Pada prinsipnya, pembukaan cabang bertujuan untuk mendekatkan bisnis kepada pelanggan. Artinya, penggemar bisa mengakses produk Anda lebih dekat dan cepat. Atau produk Anda bisa ditemukan di sejumlah tempat yang paling sering didatangi konsumen. Dengan begitu, setiap cabang bisa memberikan kontribusi lebih, dan bisnis semakin berkembang dalam waktu singkat. Menjadi penting di sini adalah nyali dan keyakinan untuk bereksperimen.

"Harus berani mulai buka cabang, karena dengan begitu bisa belajar menyelesaikan masalah yang lebih besar. Kalau terus-terusan dengan satu tempat saja nanti keasyikan, tidak bisa mengasah kemampuan," papar Rangga.

Pengusaha muda ini pernah gagal dengan empat cabang yang dibukanya. "Empat cabang harus tutup karena kesalahan pemilihan lokasi," tuturnya.

Rangga belajar dari kegagalan tersebut dan menemukan formulanya, hingga saat ini berhasil mengelola 14 cabang. Untuk mulai membuka cabang, ini yang harus Anda lakukan:
* Keyakinan
* Keberanian memulai
* Mengatasi masalah
* Kemauan belajar
* Menemukan formula baru
* Berani gagal

Bisnis Sepatu dengan Merek Pribadi

Bisnis yang diawali dari hobi memang menyenangkan. Apalagi jika terbukti bisa menarik pelanggan setia yang akhirnya mendatangkan pendapatan jutaan rupiah.

Inilah yang dialami oleh Mieke Erawati, 46 tahun, yang telah menjalani bisnis sepatu dan sandal wanita buatan tangan selama 4 tahun. Dimulai dari kesukaannya gonta-ganti sepatu untuk padu-padan dengan busana, Mieke mendesain berbagai model sepatu dan sandal wanita. Sepatu merek Alexis Anthony yang dibuatnya tidak diproduksi massal, alias limited edition.

Ibu tiga anak ini menawarkan produk sepatunya dengan harga relatif terjangkau. Dibandingkan sepatu-sepatu yang dulu pernah dikoleksinya, sepatu buatannya bisa 50% lebih murah. Dengan harga mulai dari kisaran Rp 150.000, para perempuan tentu bisa memperbanyak koleksinya dengan produk berkualitas dan nyaman dipakai.

Mieke benar-benar memulai dari nol. Waktu itu, tahun 2005, dengan modal awal hanya Rp 500.000 dari jatah uang belanjanya, Mieke memberanikan diri merintis bisnisnya. Ia bermitra dengan Iwan, pembuat sepatu yang sudah berpengalaman selama 20 tahun. Penjualan dari sekolah ke sekolah menjadi strategi awal.

"Sambil antar anak sekolah, saya tawarkan sepatu sandal kreasi sendiri. Pesanan awal lima hingga 10 pasang sepatu sandal," tukasnya.

Lebih memilih pameran

Pameran di mal untuk pertama kalinya mampu memancing perhatian konsumen. Terbukti dari 10 boks kartu nama yang habis dibawa pengunjung selama 1 bulan. Sejak itu, produk orisinal khas Mieke semakin digemari.

Saat Kompas Female mengunjungi pameran Alexis Anthony di Plasa Semanggi, terlihat model sepatu sandal lebih mendominasi. Mieke, yang rajin mengikuti tren terkini dari majalah luar dan perkembangan di pasar Indonesia, menawarkan model wedges, high heels, dan flat. Kebanyakan sepatu tersebut menggunakan bahan beludru.

Produksi Alexis Anthony dalam sehari mencapai 20 pasang sepatu dan sepatu sandal, yang dikerjakan oleh delapan pembuat sepatu andal. Penjualan dalam sehari rata-rata 20 pasang sepatu, dengan rata-rata omzet Rp 2 juta per hari dari sejumlah pameran yang diikutinya di beberapa mal di Jakarta. Kalkulasi dalam seminggu, Mieke bisa menikmati keuntungan 25% dari total omzet.

Alexis Anthony memang lebih banyak membuka stan di pameran-pameran. Konsep direct selling seperti ini dianggap Mieke sebagai cara terampuh untuk menjual produk dengan harga relatif murah.

"Saya hanya punya satu toko di Sutos (Surabaya Town Square, RED) Surabaya. Selebihnya untuk penjualan di Jakarta melalui pameran rutin di Plasa Semanggi, dan pameran di Citos, Plasa Buaran, dan Plasa Pondok Gede," terang Mieke, sambil menambahkan bahwa harga sewa toko yang mahal membuatnya lebih memilih mengikuti pameran di mal-mal.

Puncak prestasi yang tak pernah dibayangkan perempuan yang gemar berdonasi dari profit usahanya ini adalah, penjualan senilai Rp 30 juta dalam satu hari di dua mal ternama di Jakarta. Padahal, saat itu ibukota dilanda banjir besar sekitar tahun 2007.

"Saat itu banyak keluarga yang mengungsi ke kawasan selatan Jakarta. Saat mereka berkunjung ke Citos dan Plasa Semanggi itulah, penjualan di outlet pameran saya ramai pembeli," ujar perempuan yang selalu tampak bugar dan ceria ini.

Layanan ekstra

Boleh jadi ide orisinal Mieke terwujud dalam model sepatu yang banyak digemari pembeli. Namun, kreasi produk saja tidak cukup menarik pelanggan. Mieke menawarkan lebih kepada pelanggan dengan dua hal: pertama, garansi produk seumur hidup. Garansi tentu berlaku sepanjang usia sepatu sandal masih bisa digunakan.

"Jika memakainya setiap hari tentu saja akan cepat rusak. Namun bagaimana pun kami melayani reparasi dengan cukup mendatangi stan terdekat," jelas Mieke.

Kedua, layanan antar bahkan untuk pesanan dari luar kota. Jika pemesan masih di kawasan Jakarta, kurir pribadi akan siap mengantar kapan saja. Jika pembeli berasal dari luar kota, Mieke menggunakan jasa kurir komersil dan pembeli hanya perlu mengganti ongkos kurir tersebut.

Mieke juga menerima pesanan dengan model modifikasi sesuai keinginan konsumen. Ia mengaku pernah membuatkan sepatu boots untuk penari di salah satu stasiun televisi. Faktor ini juga membantu membuat produk Alexis Anthony laku di pasaran.

Manajemen baik, bisnis lancar

Selain layanan ekstra untuk pelanggan, manajemen yang baik memberikan kontribusi pada kesuksesan bisnis Mieke. Bentuknya adalah keuntungan berlipat, meski Mieke tak pernah memasang target penjualan.

"Setiap malam, saya merapikan kembali catatan penjualan setiap harinya. Pagi harinya, saya sudah siap berangkat dengan jadwal yang sudah direncanakan. Keuangan pun harus dipisahkan antara personal dan bisnis," jelasnya.

Keinginan untuk terus belajar sekaligus menangkap peluang dari kebutuhan perempuan akan penampilan, menjadi motivasi kuat yang sudah sejak lama ada dalam diri Mieke. Ia kini mengaku ketagihan dengan bisnis yang dibangunnya sendiri.

Powered by Blogger